Cybergogy Menuju Transformasi Pendidikan Indonesia di Era Digital
![]() |
Cybergogy Menuju Transformasi Pendidikan |
Kasakti.com - Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak awal tahun 2020 telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk sektor pendidikan di Indonesia. Selama hampir tiga tahun, sistem pendidikan mengalami pergeseran drastis dari pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring.
Adaptasi ini terjadi secara mendadak dan memunculkan berbagai tantangan, baik bagi siswa, mahasiswa, guru, maupun dosen. Salah satu tantangan utama dalam pembelajaran dari
ng adalah bagaimana mempertahankan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar.
ng adalah bagaimana mempertahankan keterlibatan peserta didik dalam proses belajar.
Teknologi digital, seperti Google dan YouTube, telah menjadi sumber utama pencarian informasi bagi siswa dan mahasiswa. Hal ini menyebabkan peran tradisional guru dan dosen sebagai satu-satunya sumber ilmu pengetahuan mulai bergeser. Para pendidik dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana tetap relevan dalam dunia pendidikan yang semakin terdigitalisasi?
Salah satu konsep yang muncul sebagai solusi dari perubahan ini adalah cybergogy. Konsep ini menawarkan model pembelajaran berbasis digital yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran daring.
Artikel ini akan membahas lebih dalam tentang konsep cybergogy, keunggulannya, serta strategi implementasi dalam sistem pendidikan Indonesia guna menghadapi era digitalisasi yang semakin berkembang.
Perubahan Paradigma dalam Dunia Pendidikan
Seiring meningkatnya akses terhadap teknologi digital, metode pembelajaran tradisional mengalami tantangan serius. Beberapa perubahan utama yang terjadi dalam dunia pendidikan akibat digitalisasi adalah:
1. Meningkatnya Ketergantungan pada Teknologi Digital
Berdasarkan Digital Report 2021 yang dirilis oleh Data Reportal pada Februari 2021, Google dan YouTube menjadi situs yang paling banyak diakses oleh masyarakat Indonesia sepanjang tahun 2020.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa rata-rata waktu yang dihabiskan masyarakat Indonesia di internet adalah 8 jam 52 menit per hari, dengan jumlah perangkat seluler yang mencapai 345,3 juta unit, atau 126,6% dari total populasi.
Data ini menunjukkan bahwa internet telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat, termasuk dalam bidang pendidikan.
2. Menurunnya Interaksi Langsung antara Pendidik dan Peserta Didik
Pembelajaran daring yang dilakukan secara mendadak mengakibatkan banyak pendidik belum siap menghadapi tantangan baru.
Akibatnya, proses belajar mengajar menjadi pasif, di mana siswa hanya menerima materi tanpa keterlibatan aktif dalam pembelajaran. Hal ini berdampak pada menurunnya motivasi belajar dan interaksi sosial di antara peserta didik.
3. Munculnya Tantangan dalam Evaluasi dan Asesmen Pembelajaran
Dengan adanya akses luas ke internet, banyak siswa dan mahasiswa yang menggunakan Google dan YouTube dalam menyelesaikan tugas mereka, sehingga validitas asesmen akademik menjadi dipertanyakan.
Guru dan dosen perlu menemukan cara baru dalam mengevaluasi pemahaman dan keterampilan peserta didik secara lebih akurat.
Apa Itu Cybergogy?
Konsep cybergogy diperkenalkan oleh Wang & Kang (2006) dalam artikel mereka yang berjudul Cybergogy for Engaged Learning: A Framework for Creating Learner Engagement through Information and Communication Technology.
Cybergogy adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk lingkungan digital, yang mengintegrasikan aspek kognitif, sosial, dan emosional agar peserta didik lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran serta mencapai kompetensi yang diharapkan.
Berbeda dengan pedagogi (pembelajaran untuk anak-anak) dan andragogi (pembelajaran untuk orang dewasa), cybergogy menekankan pada pemanfaatan teknologi digital sebagai alat utama dalam proses pembelajaran.
Model ini berfokus pada interaksi, kolaborasi, dan eksplorasi dalam lingkungan daring untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik.
Keunggulan Cybergogy dalam Pendidikan Digital
Meningkatkan Keterlibatan Peserta DidikDalam model cybergogy, peserta didik tidak hanya menjadi penerima informasi secara pasif, tetapi juga berperan aktif dalam pembelajaran melalui diskusi daring, proyek kolaboratif, serta simulasi berbasis teknologi.
Menyesuaikan Gaya Belajar yang BerbedaTeknologi memungkinkan pembelajaran yang lebih personal dan adaptif, menyesuaikan dengan kebutuhan serta gaya belajar masing-masing peserta didik. Dengan cybergogy, materi dapat disampaikan melalui berbagai format, seperti video, infografis, podcast, hingga gamifikasi.
Membangun Kemandirian dan KreativitasPeserta didik didorong untuk mencari, mengolah, dan menyajikan informasi secara mandiri, sehingga meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah.
Memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) untuk PembelajaranAI dapat digunakan untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal dan adaptif, menyesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat pemahaman peserta didik.
Strategi Implementasi Cybergogy dalam Pendidikan Indonesia
Agar cybergogy dapat diterapkan dengan efektif, diperlukan langkah-langkah strategis yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan, di antaranya:
Pelatihan Massal untuk PendidikPemerintah bersama institusi pendidikan perlu mengadakan pelatihan cybergogy bagi guru dan dosen agar mereka mampu menerapkan metode ini dalam proses pembelajaran.
Pengembangan Kurikulum Berbasis DigitalKurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan era digital, dengan memanfaatkan teknologi interaktif, game-based learning, dan simulasi virtual agar pembelajaran lebih menarik dan efektif.
Peningkatan Infrastruktur Teknologi di Sekolah dan KampusAkses internet yang stabil, perangkat digital yang memadai, serta platform pembelajaran yang ramah pengguna sangat penting untuk mendukung implementasi cybergogy.
Kolaborasi antara Pendidik, Orang Tua, dan SiswaModel pembelajaran berbasis cybergogy membutuhkan keterlibatan aktif semua pihak, termasuk orang tua, untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Kesimpulan
Transformasi pendidikan berbasis cybergogy bukan sekadar tren, tetapi sebuah kebutuhan. Era digitalisasi telah memasuki dunia pendidikan dan tidak dapat dihindari lagi.
Jika kita tetap menggunakan metode pengajaran lama untuk menghadapi tantangan masa depan, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk membentuk generasi yang siap bersaing di tingkat global.
Sebagaimana yang dikatakan oleh tokoh pendidikan John Dewey, "If we teach today's students as we taught yesterday's, we rob them of tomorrow." Oleh karena itu, mari kita bersama-sama membangun sistem pendidikan yang lebih adaptif, inovatif, dan sesuai dengan kebutuhan zaman.
Dengan menerapkan cybergogy, kita tidak hanya menyelamatkan masa depan pendidikan Indonesia, tetapi juga membangun fondasi yang lebih kuat bagi generasi emas di masa mendatang.